“SECUPLIK
TENTANG BUNTET PESANTREN DAN TIGA SEKAWAN”
Buntet Pesantren adalah sebuah komplek yang didalamnya
terdapat banyak sekali asrama, dan tiap-tiap asrama diasuh oleh Kyai yang
berbeda-beda. Namun, dari ujung Barat hingga ujung Timur dan dari sebelah Utara
sampai ke sebelah Selatan, seluruh Kyai yang ada di Buntet Pesantren masih
dalam satu ikatan darah. Dan yang membuat aku takjub terhadap Buntet Pesantren
adalah para santri bisa langsung bersosialisasi ataupun berinteraksi dengan
warga sekitar. Jadi, para santri telah diajarkan bagaimana caranya untuk bisa
langsung terjun ke dalam masyarakat. Dahsyat bukan??!! Hehehehe.
Buntet
Pesantren adalah suatu tempat yang memiliki banyak sekali kenangan yang sangat
disayangkan jika tidak untuk dikenang. Karena Buntet Pesantren Cirebon
merupakan tempat kami menemui arti sahabat. Sahabat yang tetap menyemangatiku
untuk selalu berkarya. Begitu pula aku yang tak segan-segan memberikan
kata-kata motivasi terbaik agar mereka juga bisa mencapai segala keinginan yang
selama ini didambakan.
M.
Helmy Faiz (Emay) adalah seorang sahabatku yang berdiam diri alias mondok di
asrama Hidayatul Mubtadiin (HM) Al-Inaaroh 2. KH. Amiruddin adalah pengasuh
asrama HM yang dikenal sebagai satu-satunya asrama Salafiyah-Syafi’iyyah di
Buntet. Rumah Emay tidak sangat jauh dari kediamanku yang kini di Bekasi,
sedangkan dia beserta keluarga berdomisili di daerah Cakung, Jakarta Timur.
Orang tua dan kakaknya juga pernah mengenyam pendidikan di Buntet Pesantren.
Dan pertemuan kedua Orang tuanya merupakan hasil perjodohan yang dilakukan oleh
Alm. KH. Izzudin Izza (pengasuh asrama Al-Inaaroh pada masa Ibunda Emay
mesantren). Ayahnya ialah santri KH. Fuad Hasyim atau asrama Nadwatul Ummah,
yang mana ayahanda sahabatku itu adalah teman dekat KH. Adib Rofi’udin (putra
KH. Izzzudin) yang kini menjabat sebagai ketua Yayasan tertinggi di Buntet
Pesantren dan juga pengasuh Asrama Al-Inaaroh.
M.
Ammar juga sahabatku yang mesantren di Al-Andalucia (nama pesantren yang
diambil dari nama Spanyol pada masa kejayaan Islam dahulu). Adalah KH. Ade
Nasihul Umam Lc yang mendirikan Al-Andalucia pada tahun 2008, dimana di tahun
itu pula adalah tahun pertama Ammar mesantren di Buntet Pesantren setelah
memutuskan boyong dari pesantren modern di Indramayu. Jadi, bisa dikatakan
sahabatku yang berdomisili di Rawasari, Jakarta Pusat itu adalah santri pertama
di Al-Andalucia. Sama halnya seperti Emay, Ammar juga memiliki sanak saudara
yang juga menimba ilmu di Buntet Pesantren. Adalah kedua kakak perempuannya
yang pada waktu itu menyerap ilmu dari Mbah Dul atau KH. Abdullah Abbas, yang
mana KH. Abdullah Abbas ini adalah sahabat dari ketua PBNU waktu itu, yaitu KH.
Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Mbah Dul juga seringkali bertandang ke kantor
Gusdur di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Aku
(Aru Lego Triono atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama Aru Elgete)
adalah sahabat terbaik yang selalu mendengarkan curahan hati dari kedua
sahabatku yang paling menyebalkan se-alam raya itu. Hehehe piiisss brooo. Aku
adalah seorang penyiar Radio Komunitas yang ada di Pondok Buntet Pesantren
bersama dengan Ammar, loh kenapa Emay ga diajak jadi penyiar?? Seperti yang
telah ditulis sebelumnya bahwa Emay adalah santri yang berdiam diri di asrama
HM, yang mana dikenal sebagai satu-satunya asrama paling salaf di Buntet, dan
bukan suatu hal mudah untuk keluar-masuk asrama. Menjadi santri yang bekerja
sebagai penyiar radio itu tidak semudah membalikkan telapak tangan lho, apalagi
di lingkungan pesantren. Aku adalah santri yang merangkap sebagai penyiar Radio
Komunitas di Buntet Pesantren Cirebon. Selain penyiar, aku juga merupakan
seorang pemula yang baru saja terjun ke dunianya para penyair. Jadi, aku adalah
penyiar dan juga penyair. Oh, iya lupa! Aku mesantren di Sinar Fatih yang
sekarang ditangani atau diasuh oleh Ny. Hj. Hayatun Nufus, Istri dari Alm. KH.
Salim Effendy Anas, Putra dari Alm. KH. Soleh Anas dan cucu dari salah satu
Kyai besar di Buntet Pesantren Cirebon, yaitu Alm. KH. Anas. Sama halnya dengan
kedua sahabatku tersebut, aku juga memiliki seorang kakak laki-laki yang juga
menyandang status ‘santri’ Buntet Pesantren Cirebon.
“CITA-CITA”
Seperti
umumnya kebanyakan anak remaja yang tengah menuju dewasa, kami juga memiliki
cita-cita yang tidak kalah luar biasa dahsyat apabila dibandingkan dengan anak
remaja pada umumnya. Dengan berbekal ilmu yang kami peroleh sejak mondok di
Buntet Pesantren Cirebon, kami sangat yakin bahwa suatu senja nanti semuanya
bukan hanya terlihat indah, tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Amiin
a.
Ahli KHOT &
Designer
Lima
tahun telah dilalui dengan pelbagai cobaan yang sebenarnya sedikit menggoyahkan
hatinya untuk tidak lagi mesantren di tempatnya. Namun, semangat juang yang tinggi
untuk menggapai cita-cita yang selama ini diimpikan oleh sahabat saya ini
mengalahkan segalanya. Kini Pria bernama lengkap Mohammad Helmy Faiz yang lahir
pada 16 Oktober 1994 dan juga anak dari seorang penghulu ternama di DKI Jakarta
telah memutuskan bahwa dirinya memiliki cita-cita di bidang seni, yaitu KHOT
atau Kaligrafi. Ia juga berniat ingin melanjutkan sekolah khusus untuk
memperdalam ilmu Kaligrafi tersebut di Surabaya agar ketika dirinya terjun ke
masyarakat, bisa mengamalkan ilmunya itu kepada warga sekitar, khususnya anak
yang masih kecil. Selain ingin menjadi ahli Kaligrafi, Ia juga sangat
mendambakan untuk menjadi seorang designer ternama di Indonesia, atau pemilik
Distro terbesar yang ada di Indonesia. Hmmm, luar biasa bukan??!!
b.
Pengusaha &
Gubernur DKI Jakarta
Remaja
yang telah beranjak dewasa dan telah menghabiskan waktu lima tahun untuk
menuntut ilmu agama di Buntet Pesantren ini, rupanya baru mengerti bahwa
semenjak Ia masih kanak-kanak, ayahnya-pak Abdurrahman-banyak mengajarkan
tentang dunia politik. Pria kelahiran Jakarta 29 Agustus 1995 ini juga sering
dipercaya untuk memegang uang orang banyak. Dan yang membuatku takjub dengan
sahabatku yang satu ini adalah ketika pelajaran Ekonomi yang hitung-hitungan,
dia mampu dengan cepat menyelesaikan soal Ekonomi tersebut ketimbang
teman-temannya, termasuk diriku. hihihi. Sehingga, Pria bernama lengkap
Muhammad Ammar yang berdomisili di Rawasari, Jakarta Pusat ini memiliki
cita-cita ingin menjadi seorang Pengusaha yang memiliki Perusahaan ternama di
Indonesia. Bahkan Ammar pernah berkelakar, suatu saat nanti dirinya akan
menjadi Gubernur DKI Jakarta, menggantikan sang idola yang kemarin kalah dari
pak Joko Widodo dalam pemilukada DKI Jakarta 2012. Semangat Baaaaaaang!!
c.
Penulis &
Sutradara Kondang
Walaupun
masih amatir atau pemula dalam bidang kepenulisan, namun berkat semangat juang
yang tinggi untuk membuktikan kepada yang menganggap remeh diriku, segalanya
menjadi mudah. Pernah gagal dalam pendidikan tidak mengurangi rasa pecaya diri
serta optimis yang tinggi untuk terus berkarya. Empat tahun menimba ilmu di
bagian timur laut Jawa Barat telah
melahirkan angan dalam benakku untuk menjadi sastrawan terkenal di Nusantara
atau menjadi seorang Sutradara kondang yang banyak memproduksi banyak film-film
berkualitas yang tentunya bernafaskan Islami dengan dunia pesantren yang sangat
kental. Pernah juga saya berkelakar dengan Emay bahwa suatu nanti jika saya
menjadi seorang Sutradara, supaya dirinya yang menjadi Designer untuk aktor dan
aktris di film yang saya produksi. Jadi, saya dan Emay menjalin hubungan
bilateral suatu nanti. Hihihi. Amiiin doakan saja!!
“TERSERAH”
Awal
bulan adalah segalanya bagi santri, mungkin bagi mayoritas santri awal bulan
adalah surga dunia atau sebagai ajang menjadi seorang bos dadakan untuk
teman-temannya. Begitu juga dengan tiga anak santri yang bersahabat ini; Saya,
Emay dan Ammar yang saling traktir ketika tengah mendapat kiriman uang dari
orang tua. Bukan berarti menghambur-hamburkan pemberian dari orang tua, saling
traktir yang kami lakukan adalah dengan maksud agar persahabatan kami semakin
erat. Aiiiihhh so sweeeetttt. Hahahaha.
Pernah
suatu malam ketika Ammar sudah mendapat kiriman uang dari orang tuanya, Ia
mengajak saya untuk makan nasgor di depan MTs Putra 1. Sebuah tongkrongan
favorit para santri di awal bulan. Saat itu, Ammar yang sedang menjadi bos
untuk saya. Dengan sangat angkuh Ia bertanya “pedes gak Ru nasgornya??”
kemudian dengan singkat saya jawab “terserah lo aja Mar”. Ketika sedang makan,
karena saking pedasnya nasgor yang dipesan Ammar, akhirnya saya memberanikan
diri untuk meminta dipesankan es oleh Ammar, “Mar es dong, pedes banget nii”,
“pesen aja Ru”, jawabnya singkat. Karena posisi saya sedang ditraktir, merasa
sangat tidak enak jika semena-mena langsung memesan es begitu saja, “es apa
mar?”, “TERSERAH!!!!” dengan nada setengah marah karena pedas Ia menjawab.
Seusai
makan seperti biasa yang namanya santri selalu ada ritual pembakaran tembakau
alias ngudud. Hehehehe. “mau rokok apaan lo?” Tanya Ammar penuh tegas,
“biasanya apaan sih?? Terserah lo aja deh Mar”. “Ah, lo mah semuanya terserah mulu
kaya gak punya pendirian!!”, “bodoamat ah, udah sono beli sesajennya, udah asem
banget nii”, “loh kok jadi lo sih Ru yang nyuruh gue? kan gue yang jadi bos
sekarang”, “hahaha iya yah, yaudah sini gue yang jalan, beli berapa nih?”,
“TERSERAH!!!” jawab Ammar dengan sedikit kesal. “dasar gak punya pendirian lo
Mar!!” sambil lari ke warung samping tukang nasgor untuk membeli rokok.
Kejadian
‘terserah’ ini juga terjadi saat Emay telah mendapatkan kiriman uang. Sebelum
bel masuk berbunyi Ia mengajak sarapan di luar sekolah alias di warung yang
biasa disebut warung babeh. “lo mau makan nasi apa Ru?” Tanya Emay kepada saya.
“adanya nasi apa May? Terserah lo aja deh, kan lo yang mau ngebosin gue.
hahaha”. Tak lama kemudian Emay berjalan mendekati saya sembari membawa nasi
kuning untuk saya pagi itu. Baru setengahnya makan, “Oh, iya gue lupa! Minumnya apa Ru?” kembali
bertanya kepada saya. “Apa aja yang penting minum May, pokoknya terserah lo
deh” lagi-lagi saya mengeluarkan jurus andalan ‘TERSERAH’ kepada sahabat saya.
Hadeuuuuuuhhh serba terserah. Hihihihi.
Terserah,
Terserah dan Terserah adalah satu kata yang hingga kini selalu digunakan
sehari-hari dalam kehidupan kami. Dan kata itu juga ternyata yang membuat kami
semakin solid. Kereeeeennn kaaannn?? Jadi, buat kamu yang punya sahabat,
pergunakan kata Terserah dengan sebaik mungkin yahh, biar sahabat kamu tetap
setia menemani kamu kapanpun dan dimanapun. Percaya dehh sama saya. Hahahahaha.
“DON’T TRY
THIS AT YOUR CLASS”
Sebagai
perokok yang hampir berat namun bukan perokok berat, seusai makan pasti harus
ada ritual pembakaran tembakau alias ngudud. Pun ketika sarapan pagi-baik di
kantin sekolah maupun di warung babeh-harus ngudud. Namun karena waktu yang
sangat singkat jika kami harus merokok terlebih dahulu, akhirnya kami
memutuskan untuk hanya membeli rokok dan membawanya ke dalam sekolah, emang dasar
anak nakal!! Hehehehe. Lalu kami merokok dimana?? Sudah barang tentu di kelas
atuh. Ckckckck. Kalau di kelas ternyata ada guru, terpaksa kami mencari kelas
yang belum ada guru atau di kantin untuk melakukan ritual pembakaran tembakau
tersebut, tentu dengan rasa was-was yang men-dag-dig-dug-der-kan hati kami.
Pengorbanan untuk mencari kepuasan sesaat saja kami harus melanggar aturan UUD
tentang larangan asap merokok di lingkungan sekolah. Subhanallah!!
Tentang
masalah rokok di sekolah, sebenarnya bukan kami bertiga saja yang melakukan di
sekolah. Tapi hampir seluruh murid sekolah kami merokok di lingkungan sekolah.
Perlu dicatat! Menurut Observasi yang saya lakukan di dalam sekolah, jawaban
murid sekolah kami tentang pertanyaan yang saya ajukan “kenapa sih ngerokok di
lingkungan sekolah?”. Mayoritas adalah karena guru-guru di sekolah selalu
merokok didepan murid yang seolah-olah mengajarkan seluruh elemen sekolah
termasuk murid untuk merokok di lingkungan sekolah atau bahkan di dalam kelas. Bukan
kami memvonis bahwa guru-guru di sekolah kami salah karena telah merokok di
depan banyak murid, namun ini hanya agar sekolah kami sederajat dengan
sekolah-sekolah yang taat terhadap hukum yang berlaku.
Maafkan
kami pak guru, kami hanya tidak ingin sekolah kami menjadi bahan celaan banyak
orang yang merendahkan derajat tempat kami belajar hanya karena warga sekolah
yang tidak solid dan kompak dalam membangun sekolah menjadi sebuah almamater
yang luar biasa!! Mari harumkan nama sekolah kita supaya tidak ada lagi celaan
bahkan hinaan yang datang untuk sekolah kita. Lanjutkan!!
“SEMINAR BAHASA INGGRIS”
Dilaksanakan
pada akhir bulan Januari, membuat saya hampir tidak mengikuti seminar Bahasa
Inggris yang sangat mendukung saya untuk bisa berbahasa Inggris yang baik dan
benar, karena tidak lagi memiliki uang alias bokek! Hahahaha. Akan tetapi
berkat jalinan persahabatan yang erat, Emay rela merogoh kocek lebih dalam
hanya untuk supaya saya, dia dan Ammar bisa bersama mengikuti seminar tersebut.
Tekad yang bulat menyelimuti diri sahabat saya (Emay), karena Ia sama sekali
tidak lancar bahkan tidak mengerti Bahasa Inggris. Apalagi pihak penyelenggara
seminar tersebut menjanjikan beasiswa kursus di kampung Inggris, Pare, Jawa
Timur untuk sepuluh peserta seminar yang beruntung. Lebih semangat lagi dong
tentunya. Hihihihi.
Ketika
seminar sedang dilaksanakan, Mr. Toto-seorang moderator-memberikan secarik
kertas berisi percakapan Bahasa Inggris. Dan beliau memerintahkan kepada
seluruh peserta seminar agar memeragakan percakapan tersebut ditempat
masing-masing. Emay terlihat sangat excited waktu itu sehingga membuat Mr. Toto
tergelitik hatinya untuk membawa Emay ke panggung. Namun apa boleh buat,
ternyata eh ternyata ketika sampai diatas panggung, Emay mati kutu diam seribu
bahasa karena memang Ia sama sekali tidak mengerti Bahasa Inggris. Saat Mr.
Toto bertanya kepada sahabat saya yang super pemalu itu dengan menggunakan
kalimat-kalimat Inggris, Emay menjawab sangat singkat, hanya satu kata “Enggih”
dengan berulang kali Ia menjawab seperti itu namun dengan nada yang lirih. Ya,
mungkin karena terlalu lama mesantren di Jawa, jadi terbiasa dengan kata
“Enggih” deh. Hihihihi.
Dan
apa boleh disangka, rupanya panitia penyelenggara membatalkan pengadaan
beasiswa untuk sepuluh peserta seminar yang beruntung. Akan tetapi sang
penyelenggara mengatakan bahwa hanya akan ada satu orang yang mendapat beasiswa
untuk kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Jawa Timur. Alhasil kami
bertiga patah semangat dan rencana untuk bersama ke Pare dengan bermodalkan
beasiswa KANDAS!! Huhuhuhu.
Namun
karena kegigihan Emay agar supaya bisa berbahasa Inggris, Ia mengajak saya juga
Ammar untuk bersama kursus di sebelah timur pulau Jawa tersebut. Bahkan Emay
rela menunda kuliahnya hanya untuk bahasa Inggris. Dan semuanya karena seminar
Bahasa Inggris yang diselenggarakan di Buntet Pesantren. Waaaaahhh semangat
yaaa Emay, kamu pasti bisa kok. Hehehehehe.
“SEBUAH KONTRIBUSI”
Sebagai
warga sekolah yang baik, tentunya memiliki peran atau kontribusi yang bisa
membuat nama almamater tempat belajar menjadi harum cetar menggelegar membahana
dong, hehehe.
Ammar
misalnya, salah satu murid berprestasi di sekolah kami. Pernah menjabat sebagai
ketua Osis sekaligus ketua kelas, menjuarai lomba yang diadakan diluar sekolah
maupun di seantero Buntet Pesantren serta sangat aktif di organisasi yang ada
di Buntet, dan yang membuat saya semakin kagum kepadanya adalah seragam sekolah
yang selalu dimasukkan. Ia juga mampu merangkul saya menjadi manusia yang lebih
baik lagi. Ammar Is the best dehh pokoknya! Hehehehe.
Atau
Emay dengan kepiawaiannya merangkai huruf Hijaiyyah menjadi indah. Ia telah
banyak berjasa dalam mengharumkan nama sekolah kami. Acapkali Ia menjuarai
perlombaan Kaligrafi antar sekolah ataupun antar kelas. Bukan hanya dalam
bidang Kaligrafi saja sebenarnya Emay mengharumkan nama sekolah kami, tapi juga
banyak sekali kontribusi yang telah Ia berikan kepada sekolah kami. Emay juga
Is the best dehhh pokoknya mahhh. Wkwkwkwkwk.
Lantas
apa yang telah saya berikan untuk sekolah?? Jujur, sampai saat ini saya belum
bisa memberikan sebuah kontribusi besar untuk mengharumkan nama sekolah yang
selama empat tahun saya tempati untuk menimba ilmu dengan satu kegagalan yang saya
temui pada waktu itu. Namun dengan sisa-sisa keyakinan serta ambisi besar yang
saya miliki hingga detik ini, saya yakin suatu saat nanti sekolah kami yang
diresmikan oleh Mantan Presiden RI, Ibu Megawati Soekarno Putri akan bangga
dengan keberhasilan yang saya raih walaupun hinnga di ujung senja nanti. Semoga
warga sekolah kami termasuk guru-guru yang memandang saya dengan sebelah mata
diberikan umur panjang, agar mereka menyaksikan suatu pembuktian yang saya persembahkan
untuk seluruh guru yang telah mengajar saya. Karena guru adalah makhluk Tuhan
yang diciptakan dengan segala kesabaran yang membentengi dirinya dalam
mengajar. Huhuhu jadi melankolis begini yak??
Mengenai
sebuah kontribusi, Ammar adalah orang yang berkontribusi besar dalam hidup
saya, Ammar mampu mengubah sikap kekanak-kanakan saya menjadi sebuah kedewasaan
yang saya dapatkan berkat kedekatan saya dengannya. Begitu juga Emay, Ia selalu
saja membuat saya iri dalam bidang ilmu agama (ya walaupun sama-sama berstatus
santri), namun saya masih sedikit sekali mengetahui tntang agama jika
dibandingkan dengan Emay. Ia acapkali mengatakan bahwa setiap jiwa manusia
memiliki keahlian masing-masing yang juga dapat bermanfaat bagi orang-orang di
sekitarnya. Iri terhadap ilmu sah-sah saja kan?? Hehehehehe.
“SIBAR (Siaran Bareng) Bertemakan SENI”
Suatu
hari, saat Emay ingin sekali mengerti tentang aplikasi untuk menggambar di
komputer yaitu Corel Draw (kalo ga salah sih. Hehehehe), Ia bingung harus
kemana. Ingin ke warnet, asramanya melarang keras santri ngenet, huh rempong deh booo. Hahahaha. Sebagai sahabat yang baik,
tentu saya mencari jalan alternatif agar supaya Emay bisa mengerti tentang
Corel Draw di komputer dengan tanpa harus ke warnet yang berbayar. Berhubung
yang namanya studio radio terdapat komputer, dengan sangat excited penuh
semangat saya menawarkan agar Ia ikut saya dan Ammar siaran bareng sekalian
Emay belajar tentang Corel Draw. Walhasil Emay dan Ammar setuju dengan usul
yang tentunya tidak asal yang saya ajukan. Hihihihi caaaapcuuuuusssss!
Namun,
ternyata eh ternyata belajar untuk mengetahui tentang bagaimana serta tata cara
menggunakan Corel Draw hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Sedangkan
Emay sedang malas untuk pulang ke asrama, dan ceritanya nih sahabat saya yang
memiliki gaya rambut unik tersebut angkat bicara di Radio. Yaaaa, kayak
narasumber gitu dehh.
Mengangkat
tema tentang “SENI” membuat percakapan menjadi semakin seru dan hangat
(maklumlah, studionya ga ber-AC jadi anget banget dahh), dengan semangat yang
berkobar langsung saja saya cecar dengan segudang pertanyaan seputar seni,
salah satunya adalah “Definisi tentang seni menurut anda itu seperti apa bang
Emay?” Dengan santai sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam karena grogi
yang sangat, Ia menjawab pertanyaan saya “Seni adalah jiwa, setiap pribadi
pasti memiliki unsur seni yang menyelimuti kepribadiannya. Jangankan kita yang
setidaknya memiliki fikiran jernih untuk menghiasi kehidupan dengan kesenian
yang ada pada jiwa, orang gila sekalipun pasti memiliki seni untuk menarik
perhatian orang banyak. Jadi, jangan
pernah memvonis bahwa orang gila itu selamanya gila, karena orang gila itu
tidak selamanya tak indah. Mari kita indahkan seni yang sudah barang tentu ada
pada jiwa, dan tekuni setiap seni yang anda gemari. Karena seni itu bersifat
plural atau jamak, tidak hanya satu atau mufrod”.
Luar
biasa bukan statement yang terlontar dari seorang calon pakar seni?? Jawabannya
tentu sangat luar biasa, menarik dan membuat semua orang yang pada saat itu
mendengarkan Ia berbicara di Radio kesayangan warga Buntet itu langsung
menyukai seni, saat itu juga. Saya yakin itu!
Emay
adalah seorang yang sangat menyukai seni Kaligrafi, Design grafis dan
sejenisnya. Lalu Ammar menyukai seni berpolitik, bernegara dan berbangsa yang
baik serta menjadi warga negara yang anti korupsi. Ajiiiiibbbb. Sedangkan saya
sangat menyukai bahkan menggemari seni dalam konteks tulis menulis atau Bahasa
dan Sastra Indonesia serta seni peran. Kami
bertiga saling melengkapi bukan?? Hehehehehe.
Suatu
saat nanti dunia akan menahu bahwa kami bertiga adalah makhluk Tuhan yang erat
bersahabat serta paling banyak mempunyai manfaat untuk orang lain bukan
memanfaatkan orang lain. Amiiinnn ya Allah ya Rabbal Alamiiinnn.
“Tentang Wanita, Emay Dikesampingkan”
Sebagai Lelaki yang segera berubah
menjadi seorang Pria, tentu kami telah pintar memilih dan memilah seorang
Wanita yang pantas menyandang status kekasih untuk kami.
Ammar misalnya;
dengan prestasi yang telah menyelimuti dirinya selama lima tahun di Buntet
Pesantren, Ia berhasil membuat banyak santriwati mengagumi kepribadiannya, dan
tak jarang Ia sempatkan untuk selalu bercerita alias curcol dengan saya perihal
wanita. Begitu pula halnya saya; setelah menjadi penyiar Radio Komunitas di
penghujung tahun 2012, nama Aru Elgete menjadi sebuah perhatian banyak
santriwati alias terkenal dan tak jarang ada yang langsung mengatakan bahwa
mereka ngefans dengan saya. Hareeeeuuuhhh. Capcay dehhhhh. Lantas bagaimana
dengan Emay?? Sedikit pelik juga yah jika harus menceritakan tentang sahabat
saya yang sangat pemalu ini, dan tak heran para santriwati atau wanita alias
perempuan tidak ada yang mendekatinya, padahal sekalipun kami tidak mengetahui
adakah wanita yang suka dengan kepribadiannya yang penuh dengan seni itu, saya
yakin banyak atau bahkan meruah riuh wanita yang sebenarnya menyukai Emay.
Suatu ketika di kantin sekolah, saya
dan Emay sedang sarapan dengan lahap yang melalap dan tiba-tiba dikagetkan oleh
kedatangan Ammar yang hampir saja mengundang emosi saya dan Emay. Hihihihi. Ternyata
kedatangan Ammar menemui kami berdua adalah karena Ia ingin curhat tentang
pacarnya. Sebagai sahabat yang baik hati, saya meladeni semua yang dia utarakan
dari lubuk hati yang paling dalam. Aiiiiihhh so sweeeeettt brada. Tak mau kalah
dengan cerita Ammar tentang pacarnya, lantas saya lekas bercerita juga perihal
pacar yang saat ini berstatus sebagai pacar saya (RESMI!), sangat antusias saya
bercerita kepada Ammar. Pun Ammar yang juga tak segan-segan menjadi pendengar
yang baik. Hehehehe.
Loh, Emay gimana?? Berhubung tema
pembicaraannya adalah tentang pacar sedangkan Emay belum memiliki tautan hati,
Ia akhirnya menyibukkan diri dengan membakar sebatang rokok serta meminjam HP
saya untuk membuka jejaring sosial, entah fb atau twitter saya tidak menahu
karena saat itu saya sedang asyik curhat seputar pacar dengan Ammar. Untuk
masalah wanita, Emay dikesampingkan sementara. Maaf ya Emaaaayyyy. Huahahahaha.
Sebenernya masih banyak yg pengen diceritain, tapi lain kali lagi aja ya. GoodBye mmuuuaacccchh hahahaha