Bagi sebagian orang, malam merupakan tempat di mana cahaya saling berdatangan.
Mengisi lamunan, meratapi tangisan, atau menginspirasi pikiran.
Mengisi lamunan, meratapi tangisan, atau menginspirasi pikiran.
Bagi sebagian orang yang lainnya, malam adalah pancaran kebahagiaan.
Bercengkrama dengan pacar, bercerita dengan teman sekamar, atau sekadar bersandar sambil bergitar.
Bercengkrama dengan pacar, bercerita dengan teman sekamar, atau sekadar bersandar sambil bergitar.
Bagi Ibu Rumah Tangga, malam ialah tempat beristirahat, setelah seharian bertemankan keringat, berkecamuk dengan pekerjaan yang berat, agar tak Tuhan beri laknat.
Bagi para agamawan, malam dijadikan sebagai tempat bersandar, tempat bersujud pada Dia Yang Mahabenar, tempat berlindung dari keduniaan yang hingar-bingar.
Bagi para penghuni senayan, malam menjadi sebuah misteri.
Entah untuk bernegosiasi, mengatur strategi, atau mencari istri lagi. Seakan mereka lupa pada negeri yang selalu memberi.
Entah untuk bernegosiasi, mengatur strategi, atau mencari istri lagi. Seakan mereka lupa pada negeri yang selalu memberi.
Bagi para sastrawan, malam serupa untaian kata.
Bersenandung dalam cinta, mengungkap rasa dengan gelora, tanpa sesiapa yg menerka. Dalam kata.
Bersenandung dalam cinta, mengungkap rasa dengan gelora, tanpa sesiapa yg menerka. Dalam kata.
Malam adalah kehidupan. Silakan hidupi dengan cinta, dengan nista, dengan cahaya pelita, dengan segala keniscayaan yang ada. Malam juga penuh duga tak terduga.
Malam tak pernah bersalah. Malam tak pernah keluarkan amarah. Malam tak pernah lahirkan apa-apa. Bahkan, malam akan pergi dengan kesia-siaan. Jangan salahkan malam, bila pagimu tak indah. Jangan memaki malam, bila siangmu tak bercurah anugrah. Maknai malam dengan naluri.
Kaliabang Nangka, 13 Agustus 2015
Aru Elgete