Sumber newsth.com/ |
Pendakwah yang sedang naik daun, Abdul Somad, melancarkan ungkapan kurang mengenakkan kepada Selebriti Brilian, Rina Nose. Siapa sebenarnya yang berbuat tidak senonoh? Mari kita pelajari bersama-sama.
Rina Nose memutuskan untuk melepas penutup kepala. Alasan paling mendasar, hanya dia dan Tuhan yang tahu. Karena dia seorang tokoh publik di dunia hiburan, punya fans dan dikenal banyak orang, sorotan serta cibiran menghantam dirinya.
Klaim murtad menghujam batinnya. Tuduhan atheis mengganggu stabilitas jiwa seorang perempuan bersuara merdu itu. Ramzi, Irfan Hakim, Soimah, dan teman-teman Rina di dunia hiburan tanah air turut berkomentar atas perilaku "hijrah"-nya itu. Semua orang terbelalak. Anggapan ini-itu menyeruak ke permukaan.
Kemudian, sampai kepada pengajian Abdul Somad. Ada seorang yang bertanya tentang hidup Rina Nose. Lantas, peristiwa atau adegan ghibah syar'i terjadi. Semula, Somad pura-pura tidak tahu. Setelah diingat-ingat, barulah dia berkicau.
“Tentang fenomena Rina Nose yang buka jilbab, alasannya tak ada yang berubah sama saya, sama saja. Bagaimana itu pak ustadz?” demikian bunyi pertanyaan yang dibacakan Abdul Somad.
“Rina Nose itu siapa?" tanya Abdul Somad heran.
Setelah diberitahu jika Rina Nose adalah seorang artis, pendakwah asal Riau ini pun bergurau, tanpa sedikit pun berpikir soal dampak jangka panjang.
“Itu yang hidungnya pesek? Saya kalau artis-artis jelek kurang minat membahasnya, apa kelebihan dia?” katanya yang disambut tawa jamaahnya.
“Dia tidak merubah isi hatinya. Yang dia ubah cuma tampilan fisiknya. Yang berubah Casing-nya saja," katanya.
Somad melanjutkan, “Islam itu ketundukan dan kepatuhan, hijrah ini harus total. Makanya kalau hijrah perbuatan dan ucapanmu juga hijrah,” ucapnya.
Hidung pesek, memang nyata. Bahkan, dalam setiap kesempatan, lawakannya selalu menjurus pada bentuk hidungnya itu. Sebab jurus paling ampuh bagi pelawak untuk membuat orang lain terhibur adalah dengan menertawai diri sendiri.
Tapi kali ini; hidung pesek dan artis jelek disandingkan dengan kajian keislaman dan hijrah yang mesti menyelaraskan perbuatan dan ucapan. Wajar saja kalau menyita banyak perhatian, termasuk saya, salah seorang yang mengidolakan sosok Rina.
Tanpa bermaksud menyudutkan Abdul Somad; seorang guru, ustadz, teladan, tokoh agama, dan (kemungkinan kecil) didapuk sebagai ulama zaman now; dengan berat hati saya mesti melancarkan kritik kepadanya.
Keilmuannya memang melangit. Sayang, sikap dan ucapannya kurang membumi. Berdakwah di depan orang banyak dengan mengerdilkan salah satu makhluk Tuhan yang dicipta dalam keadaan sempurna (fii ahsani taqwim) merupakan pelanggaran sangat serius.
Memakai jilbab atau tidak, sesungguhnya bukan menjadi urusan orang banyak. Sebagai pendakwah, Somad mestinya bijak. Tidak menghina dan menyudutkan orang yang menjadi objek pembahasan. Katakan saja, bahwa hijrah itu mesti bla-bla-bla, karena Islam itu begini-begitu. Tanpa perlu keluar ungkapan hidung pesek dan artis jelek.
Mestinya, Somad merangkul bukan memukul. Merangkul dalam arti menjadi penyejuk jiwa bagi muslimah seperti Rina Nose. Tidak memukul dengan umpatan yang seolah Somad adalah seorang pendakwah yang sakit jiwa. Misalnya, bisa saja Somad katakan, "sudahlah tidak perlu menggunjing Rina. Bukankah perbuatan menggunjing itu sama dengan memakan bangkai saudara sendiri?"
Atau tinggal katakan, "Kemuliaan seseorang dimata Allah adalah diukur dari kadar ketakwaan, maka mari kita tingkatkan takwa daripada sibuk mengurusi dapur orang lain."
Di satu sisi, Rina memang salah. Sudah berhijrah, eh 'hijrah' lagi. Orang-orang (mungkin) merasa tersakiti. Tapi kenapa mesti sakit hati? Toh, biarkan dia berurusan dengan Tuhan. Tugas manusia berlomba dalam kebaikan.
Terakhir, teruntuk Abdul Somad yang lulusan Maroko, Rasulullah pernah bersabda, "Katakanlah kebenaran sekalipun itu pahit." Tapi jangan pernah, "Berkata-kata pahit hanya karena merasa diri paling benar."
Sebab, siapa pun manusia di dunia, pasti punya khilaf dan salah. Begitu pun Rina dan Somad. Juga saya. Maka, menunduklah. Membumilah. Sekalipun ilmu yang dimiliki melangit.
Mari berhijrah, baik perbuatan maupun ucapan.
Bekasi Utara, 20 November 2017
Aru Elgete
Penceramah Bayaran
0 komentar: