Sebelah kiri, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Unisma Bekasi, M Ilyas Sikki dalam video kampanye. |
Viralnya video kampanye yang melibatkan banyak civitas akademika Universitas Islam "45" Bekasi dengan durasi 4.33 menit, menyisakan banyak kelucuan yang tak perlu ditertawakan. Hal yang paling pertama adalah dikeluarkannya Surat Edaran dari Rektor Unisma Bekasi Nandang Najmulmunir tentang larangan berkampanye di lingkungan kampus. Rektor asal Bogor itu mengutip UU Pemilu dan Perppu.
Memangnya, apa hubungannya pemilu dengan keberlangsungan lembaga pendidikan di kampus tertua di Bumi Patriot itu? Seharusnya, bukan argumentasi UU Pemilu dan Perppu yang dicantumkan dalam surat. Sebab, kalau keduanya dijadikan argumentasi untuk melarang berlangsungnya praktik kampanye, itu berarti pembuatan video dilakukan dengan sangat sengaja untuk mendukung salah satu Paslon Wali Kota Bekasi.
Kenapa Pak Rektor tidak mengeluarkan dengan berdasarkan argumentasi UU Sisdiknas dan peraturan dari Kemristekdikti? Karena yang menjadi persoalan bukan soal pemilu atau dukung-mendukung. Namun, mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan alat kampanye. Hal tersebut tentu mencederai dan melukai kesucian akademik yang mesti netral dari hiruk-pikuk politik. Mestinya, kita fokus pada perkembangan dan pengembangan kualitas kampus. Salah satunya menitikfokuskan pada peningkatan nilai akreditasi.
Tapi bagaimana mungkin bisa meningkatkan nilai akreditasi kalau orang-orang di sana yang dianggap guru mempertontonkan perilaku konyol dan menggelikan? Kini, sebagian besar mahasiswa yang "tercerahkan" turut serta menertawai kelakuan para dosen yang melakukan kampanye itu. Namun bagi saya, hal-hal konyol itu adalah lelucon yang sangat tidak perlu kita tertawakan.
Itu yang pertama. Kedua, saya menduga bahwa admin fanpage Sahabat Nur Supriyanto yang awalnya mengunggah video kampanye di kampus Unisma Bekasi (yang kemudian dihapus, dan saya unggah di akun pribadi saya) adalah bagian dari Unisma Bekasi. Hal tersebut dapat saya duga dari komentar-komentarnya yang menyudutkan. Dengan identitas anonim, admin menyerang saya dengan kalimat, "Anda mahasiswa Unisma Bekasi kan? Kalau iya, seharusnya jaga nama baik. Tidak membawa isu ini keluar apalagi sampai mengundang wartawan."
Membaca kalimat itu, saya tidak gentar sama sekali. Justru tertawa sembari guling-gulingan. Menggelikan sekali. Kemudian, admin mengeluarkan kutipan tanpa sanad, leterlek sekali, mirip seperti kaum khawarij pada zaman Khalifah Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib. Begini kalimatnya, "Seorang ulama bernama Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Seorang mukmin akan menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Adapun orang yang jahat akan membongkar aibnya dan mempermalukannya.” Mempermalukan dan atau mengorbankan seseorang dalam aib adalah sebuah kejahatan. Na'udzubillahi min dzalik."
Mari berpikir logis. Ini serius. Berpikir secara rasional itu berat. Kalian yang menjadi relawan OK Siip dan yang wajahnya ada di dalam video bakalan tidak kuat. Biar saya saja.
Senin (5/2) lalu, saya dan kawan-kawan menemukan video itu di akun fanpage Sahabat Nur Supriyanto. Berbondong-bondong kami mengomentari postingan itu. Maksudnya biar viral. Sebab kami tidak rela kampus tercinta dijadikan ajang untuk berpolitik praktis. Lha wong, mahasiswanya saja dilarang keras bersentuhan dengan politik. Ini kok dosen, sebagai guru, eh ada Warek juga, ngajarin konyol.
Setelah kami ramai-ramai mengomentari postingan itu, secara cepat, komentar kami dihapus. Menjadi daftar spam. Sigap sekali admin bekerja. Namun, saya tidak mau terlalu capek berkomentar. Akhirnya, saya unduh videonya dan membuat tulisan di blog pribadi. Maka, menulislah agar hidup sepanjang masa.
Sepanjang pengetahuan saya, postingan video kampanye itu dipromosikan. Artinya, dibuzzer. Bersponsor. Jadi, siapa pun bisa melihat. Termasuk kawan saya yang menemukan video menggelikan itu di beranda. Setelah diserang habis-habisan dengan komentar pedas kami, tak lama berselang, video lenyap. Dihapus.
Malamnya, saya unggah video itu. Tujuannya agar teman-teman mahasiswa bisa melihat orang-orang yang dikenalnya berkampanye. Kikuk-kikuk. Ada Warek 1, Warek 3, dekan/wakil dekan, dosen, karyawan, mahasiswa, Office Boy (OB), hingga kuli bangunan diajak kampanye. Gokil. Lucunya, tapi jangan ditertawakan, ada bungkus Jco disamping Warek 1.
Oke kembali lagi kepada teks suci yang diarahkan kepada saya tadi. Entah itu hadits atau maqolah ulama, saya tidak paham. Yang jelas, secara leterlek (mirip khawarij bagen dah), ada dua kategori di dalamnya. Yakni orang mukmin dan orang jahat. Mukmin adalah yang menjaga aib, sedangkan orang jahat merupakan orang-orang yang membongkar aib serta mempermalukan.
Jelas, teks itu ditujukannya kepada saya. Karena saya dengan bantuan kawan-kawan (yang tidak terima kampus dijadikan alat kampanye) yang dengan massif membuat semua jadi terang-benderang. Dengan begitu, siapa sebenarnya penyebar aib dan orang yang memalukan? Sekali lagi saya tekankan, berpikir logis itu berat. Mereka yang ada di video gak bakal kuat. Biar saya saja.
Membuat video, pasti dengan persiapan. Tidak mungkin tanpa disengaja. Banyak yang terlibat. Semuanya dalam keadaan sadar.Tidak mungkin juga dalam keadaan kobam. Eh, maksudnya mabok. Diedit. Video dijadikan satu. Diberi latar musik. Musiknya gak nyambung sih. Kemudian, diunggah di fanpage Sahabat Nur Supriyanto. Mengunggahnya pun tidak mungkin dalam keadaan tertidur. Pasti dalam keadaan bangun, segar bugar, dan sehat wal 'afiyat.
Setelah diunggah, dipromosikan (dibuzzer), postingannya jadi ada tulisan "Bersponsor". Tentu, pengelola fanpage adalah orang yang sehat jasmani. Entah kalau ruhaninya. Sudah hampir seharian video itu nangkring di beranda facebook. Banyak yang menyukai (itu karena dibuzzer), komentar positif disambut hangat. Bahkan ada yang minta videonya dikirim melalui WhatsApp. Disambut, kemungkinan besar dikirim. Sementara komentar bernuansa kritik yang kami layangkan, dihapus seketika. Sampai-sampai videonya pun hilang.
Kemudian, saya unggah lagi ke Facebook. Saya bantu agar artis dan model dalam video menjadi terkenal. Sebab video di fanpage Sahabat Nur Supriyanto sudah dihapus. Hingga hari ini, video di akun saya mencapai 1000 tayangan dan 20 kali dibagikan. Saya juga membagikan melalui WA, saat ada yang minta. Termasuk Rektor Unisma Bekasi.
Nah, pertanyaannya benarkah video itu adalah aib? Kalau aib kenapa sedari awal senyum-senyum mesam-mesem, dirancang sedemikian rupa, diedit, diposting, dibuzzer? Jadi, siapa yang pertama kali menyebarkan aib dengan persiapan yang sangat berencana? Siapa pula yang dipermalukan dan mempermalukan? Jawabannya tentu mereka semua yang ada di video itu. Karenanya, tidak perlu mengeluarkan teks suci untuk menakut-nakuti atau agar mendapat simpati dari orang banyak.
Tugas saya adalah "Qulil haq walau kaana murron". Itulah tugas seorang jurnalis. Pencatat segalanya. Jujur. Mengatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya walaupun pahit rasanya. Kemudian, benar kata Allah, "faman ya'mal mitsqoola dzarrotin syarron yaroh." Jadi, segala perbuatan buruk walau sekecil biji dzarroh bakal mendapat balasan setimpal. Mau politisasi ayat nih? Ayo.
Kawan-kawan Unisma Bekasi, siapa pun anda yang membaca tulisan ini; saya ingin mengatakan bahwa kita sudah harus hati-hati. Sebab, telah banyak kaum sakit hati di Unisma Bekasi yang mulai menyitir teks suci untuk menyerang dan mendapat simpati.
Kemudian teruntuk kaum sakit hati itu, silakan agendakan kopdar dan diskusi dengan saya. Japri, ya. Terima kasih.
Wallahu A'lam
Kaliabang Nangka, 7 Februari 2018
Aru Elgete
Mahasiswa Unisma Bekasi, Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi Sastra dan Bahasa.
0 komentar: