Sabtu (27/10) malam, saya berkesempatan melingkar dan
kongkow bareng teman-teman Gusdurian Bekasi Raya, di Kantor Pengurus
Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bekasi, Tambun Selatan.
Pertemuan itu baru pertama kali dilakukan karena Gusdurian
Bekasi Raya baru terbentuk beberapa waktu yang lalu. Hadir pula Gusdurian Bogor,
Gus Michael Sebastian Prihartono, dan Gusdurian Desa Parwoto, Mas Triono.
Masing-masing dari setiap orang yang hadir diperkenankan
berbicara, selain untuk memperkenalkan diri, juga memberikan pandangan soal
Gusdurian atau sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Gus Dur telah banyak mengajarkan kepada bangsa Indonesia
tentang kesetaraan, persamaan, dan mampu merangkul berbagai perbedaan.
Karenanya, Jaringan Gusdurian dibentuk untuk melestarikan berbagai ajaran yang
telah ditularkan Gus Dur semasa hidup.
Ada banyak hal yang dapat diteladani dari sosok Presiden ke-4
RI itu. Salah satunya soal perdamaian yang kian terkikis di tengah isu
perpecahan dewasa ini. Kalau Gus Dur dikorek hatinya, maka tak sedikit pun
ditemukan ada kebencian.
Memperjuangkan pemikiran Gus Dur adalah sebuah keniscayaan
dan membutuhkan kerelaan hati. Hal tersebut demi menyatukan berbagai keragaman
yang ada di Bumi Pertiwi. Gus Dur telah melakukannya. Maka di Jaringan
Gusdurian, pemikiran Gus Dur itu dilestarikan.
Gus Dur adalah sosok yang tak pernah melihat latar belakang
seseorang. Ia memandang seseorang justru dari kemanusiaannya. Semua orang di
mata hukum, bagi Gus Dur, sama kedudukannya; bahkan di hadapan Allah sekalipun.
Berbagai pemikirannya, baik yang tertuang dalam tulisan
maupun diungkapkan melalui lisan, sangat progresif. Beberapa kali pernyataan
yang dikeluarkan terkesan aneh, tapi akan dibuktikan kebenarannya di waktu
mendatang. Pemikiran Gus Dur, melampaui zamannya.
Di banyak kesempatan, bahkan hampir di setiap
tindak-tanduknya, Gus Dur senantiasa mengajarkan soal perilaku. Ia melakukan atas
segala sesuatu yang telah diucapkan. Karenanya, Gus Dur sangat peduli terhadap
masyarakat yang termarginalkan; hal itu karena Gus Dur senantiasa meneladani
laku kehidupan.
Gus Dur adalah sosok yang unik. Bahkan, bisa dikatakan, ia merupakan
seorang yang sangat Indonesia. Indonesia beragam yang kemudian menjadi satu:
itulah Gus Dur. Di kepala Gus Dur ada banyak pemikiran yang bisa jadi satu.
Dari ideologi kanan hingga kiri, ia telah tuntas
memahaminya. Liberalisme dan Sosialisme diambil segala hal yang baik, dan
kemudian menjadi satu kesatuan di dalam ideologi negara Indonesia: Pancasila.
Ia seorang pembaca dan penulis, maka berbagai pernyataan yang dikemukakan sangat
matang diutarakan.
Di balik kelucuan-kelucuan yang kerap ditampilkan, Gus Dur
merupakan sosok yang keras jika sedang membicarakan NKRI. Karena itulah,
Jaringan Gusdurian harus keras pula terhadap kelompok yang ingin mengganti
dasar negara.
Gus Dur adalah orang yang mampu menghargai perbedaan,
termasuk perbedaan pendapat. Tapi jika yang dibicarakan mengenai ideologi
negara, ia takkan memberi ampun. Ruh Pancasila, itulah Gus Dur.
Bagi Gus Dur, setiap orang memiliki kebebasan dan dilindungi
oleh negara. Di Indonesia tidak ada pengekangan. Siapa pun berhak hidup bebas.
Namun, kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan yang tanpa batas. Hal yang
membatasi kebebasan adalah ilmu.
Kini, keempat putri Gus Dur mengkristalisasikan ajaran yang
telah didapat. Soal politik kebangsaan, ada Mbak Alissa Wahid yang menangani
melalui Jaringan Gusdurian. Sedangkan sosok Gus Dur yang terlibat ke dalam
politik praktis, dilanjutkan perjuangannya oleh Mbak Yenny Wahid melalui Barisan
Kader (Barikade) Gus Dur.
Mbak Anita Wahid, fokus kepada gerakan advokasi masyarakat.
Ia mendirikan organisasi perkumpulan pada 2016 lalu, yakni Masyarakat Anti
Fitnah Indonesia (Mafindo). Terakhir, ada Mbak Inayah Wahid yang menularkan
sisi humor Gus Dur. Ia aktif di teater, seni pertunjukkan rakyat, bahkan di
sinetron televisi. Stand up comedy pun, Mbak Inayah jago.
Demikian catatan saya, selama kongkow bareng Jaringan
Gusdurian Bekasi Raya. Selamat melanjutkan nilai, ajaran, dan berbagai
pemikiran Gus Dur ke dalam kehidupan masyarakat: di Bekasi.
Gusdurian jangan
hanya wacana, jangan hanya menjadi ruang diskusi saja, tetapi juga harus mampu turun
ke masyarakat, menjadi pemecah kebuntuan dari berbagai permasalahan kehidupan
yang kian mengkhawatirkan.
Wallahua'lam...
0 komentar: